Wisata Kuliner Galabo Solo Nasibmu Kini, Jaya di Era Jokowi, Isu Kalkulator Rusak Bikin Pembeli Lari
Persoalan batas harga makanan, menjadi satu di antaranya. Beberapa pedagang diduga mematok harga yang tak masuk akal.
Penulis: Adi Surya Samodra
Editor: Ekayana
Laporan Wartawan TribunSoloWiki.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLOWIKI.COM, SOLO - Di masanya, Galabo jadi salah satu ikon kuliner populer di Kota Solo.
Nama Galabo pun hingga kini sudah populer jadi nama untuk menyebut daerah Gladag, Solo.
Baca juga: Sahasra Adhi Pura Mojolaban: Tempat Meditasi Bagi Umat Hindu di Sukoharjo
Baca juga: Ayam Panggang Mbok Denok Karanganyar: Dibanjiri Pembeli Meskipun Berada Jauh Dari Pusat Kota
Tapi, tak banyak warga Solo tahu apa makna Galabo itu sendiri.
Galabo adalah singkatan dari Gladag Langen Boga.
Tempat ini merupakan salah satu jujukan tempat kuliner yang hits pada masanya.
Tempat yang diresmikan 13 April 2008 tersebut menyajikan puluhan kuliner populer dan legend yang ada di Kota Solo.
Kala itu saat Presiden Jokowi baru menjadi Wali Kota Solo di periode pertama kepemimpinan.
Keberadaan Galabo cukup lengkap diisi sejumlah kuliner legendaris Kota Solo.
Baca juga: Wedang Ronde Khas Solo Pak Darto: Kuliner Malam di Kota Solo yang Wajib Dicoba
Sebut saja, Sate Jerohan Sapi Yu Rebi, Gudeng Margoyudan, dan Tengkleng Klewer Bu Edi.
Mereka menempati shelter-shelter yang telah disiapkan Pemkot Solo di sepanjang Jalan Mayor Sunaryo.
Keberadaan mereka, menjadi daya pikat baik masyarakat maupun wisatawan untuk berkunjung saban malam menyingsing.
Semakin malam, para pengunjung semakin banyak saja.
Meja-meja yang disiapkan penuh.
Tikar-tikar pun tergelar.
Apalagi saat momen weekend, pengunjung yang datang kemalaman, dijamin tidak mendapat tempat makan.
Hal inilah yang kemudian membawa nama Jokowi sebagai sosok yang bisa menyulap kawasan tak tertata menjadi pusat kuliner ramai dan menjadi mata pencaharian warga.
Kondisi itu diamini Ketua Paguyuban Pedagang Malam Galabo, Agung Wahyu Hidayat.
"Kalau weekend dan long weekend, kita juga masih kurang-kurang tempat," kata Agung kepada TribunSolo.com, Rabu (19/5/2021).
Agung mengatakan, omzet yang didapat saat itu bisa antara Rp 1 juta - Rp 2 juta per harinya.
Halaman selanjutnya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!